nabi adam


 Adam[a] adalah tokoh dalam Tanakh, Alkitab dan Al-Qur'an. Menurut keyakinan penciptaan[1] tradisional dalam agama Abrahamik, Adam dipandang sebagai manusia pertama dan leluhur semua manusia modern. Meski demikian, beberapa aliran juga meyakini keberadaan manusia sebelum Adam, seperti yang diyakini kitab-kitab suci dari agama-agama samawi menyebut bahwa Adam dihukum oleh Tuhan turun ke bumi dikarenakan memakan buah yang dilarang oleh Tuhan. Namun masing-masing terdapat perbedaan tentang jenis buah yang dimakan. Di mana versi Yahudi dan Kristen, buah yang dimakan Adam dan Hawa adalah buah pengetahuan akan hal yang baik dan yang buruk.[2][3] Sedangkan di versi Islam, buah yang dimakan mereka adalah buah khuldi yang merupakan bahasa arab dari buah keabadian.[4] Buah keabadian juga ada pada versi kisah Yahudi dan Nasrani, namun Tuhan mengusir Adam dan Hawa sebelum berhasil memakannya karena takut keduanya akan menjadi abadi seperti diri-Nya.[5] Secara garis besar, kitab-kitab suci dari agama-agama samawi menyebut bahwa Adam diusir dari surga dikarenakan memakan buah yang dilarang oleh Tuhan. Namun masing-masing terdapat perbedaan tentang jenis buah yang dimakan. Di mana versi Yahudi dan Kristen, buah yang dimakan Adam dan Hawa adalah buah pengetahuan akan hal yang baik dan yang buruk.[6][7] Sedangkan di versi Islam, buah yang dimakan mereka adalah buah khuldi yang merupakan bahasa arab dari buah keabadian.[8] Buah keabadian juga ada pada versi kisah Yahudi dan Nasrani, namun Tuhan mengusir Adam dan Hawa sebelum berhasil memakannya karena takut keduanya akan menjadi abadi seperti diri-Nya.[5]

Pada Kejadian yang merupakan kitabnya Yahudi dan Kristen, dikatakan pula bahwa yang mengakibatkan Adam memakan buah terlarang tersebut bukanlah setan, melainkan ular, yang lalu karenanya ular pun dikutuk oleh Tuhan sehingga berjalan dengan cara merayap dengan badannya.[5] Sejumlah ilmuwan berpendapat bahwa pada saat penulisan kitab tersebut, Yahudi belum mengenal konsep setan, dan konsep tersebut baru diadopsi oleh pemuka agama Yahudi ke kitab-kitab suci terbitan baru mereka dari sosok Angra Mainyu-nya agama Zoroastrianisme, ketika masa Israel dikontrol oleh Persia di sekitar tahun 539 - 332 SM.[9][10][11]

Bersama Hawa, Adam kemudian diceritakan memiliki beberapa anak, di antaranya adalah Kain (Qabil), Habel (Habil), dan Set (Syits).[12]

Ayat[sunting | sunting sumber]

Kisah[sunting | sunting sumber]

Kisah Adam dalam Tanakh (kitab suci Yahudi) dan Alkitab (kitab suci Kristen) termuat pada Kitab Kejadian (Beresyit) pasal 2-5. Selain dari kitab suci, kisah Adam juga terdapat dalam beberapa riwayat hadits dan literatur Rabinik.

Sedangkan dalam Al-Qur'an (kitab suci Islam), nama Adam disebutkan 25 kali[b] dan kisahnya termaktub dalam surah Al-Baqarah (2):30-39, Al-A'raf (7):11-25, Al-Hijr (15):26-44, Al-Isra' (17): 61-65, Thaha (20):115-126, dan Shad (38):67-88.

Sebelum penciptaan Adam[sunting | sunting sumber]

Kisah Adam dalam Kejadian diawali dengan Allah menciptakan alam semesta, termasuk hewan dan tumbuhan. Allah menciptakan alam semesta beserta isinya dalam enam hari. Pada hari ketujuh, Allah berhenti dan menguduskan hari tersebut.[13]

Dalam Al-Qur'an, kisah penciptaan Adam diawali dengan percakapan antara Allah dan malaikat. Allah menyatakan hendak menjadikan manusia yang berperan sebagai khalifah (pemimpin,pemuka,pengambil kebijakan) di bumi dan malaikat menanggapi, "Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang akan merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?"[14] Alkitab tidak menceritakan percakapan ini.

Penciptaan Adam[sunting | sunting sumber]

Lukisan mural Creazione di Adamo karya Michelangelo di atap Kapel Sistine di Vatikan yang menggambarkan peristiwa penciptaan Adam

Sumber Alkitab dan Al Qur'an sama-sama menyebutkan Adam dibentuk dari tanah.[15][16] Dalam Alkitab disebutkan bahwa manusia dibentuk sesuai gambar dan rupa Allah agar dapat menguasai binatang-binatang ternak, juga hewan-hewan di laut dan udara.[17] Alkitab menyebutkan bahwa Adam diciptakan pada hari keenam.[18] Setelahnya, Allah menciptakan taman di Eden dan menempatkan Adam di sana[19] untuk mengurusnya.[20]

Usia dalam Alkitab
NamaUmur (Masoret)Umur (LXX)
Metusalah969969
Yared962962
Nuh950950
Adam930930
Set912912
Kenan910910
Enos905905
Mahalaleel895895
Lamekh777753
Sem600600
Eber464404
Arpakhsad438465
Selah433466
Henokh365365
Peleg239339
Rehu239339
Serug230330
Ayub210?210?
Terah205205
Ishak180180
Abraham175175
Nahor148304
Yakub147147
Esau147?147?
Ismael137137
Lewi137137
Amram137137
Kehat133133
Laban130+130+
Debora130+130+
Sara127127
Miryam125+125+
Harun123123
Ribka120+120+
Musa120120
Yusuf110110
Yosua110110

Dalam hadits disebutkan bahwa Adam tercipta dari tanah yang diambil dari berbagai penjuru bumi, sehingga keturunannya memiliki berbagai warna kulit.[21] Saat peniupan roh ke tanah yang menjadi jasad Adam, roh mulai masuk dari kepala dan Adam bersin pada saat itu. Saat roh masuk melalui matanya, Adam langsung melihat buah-buahan. Saat roh tersebut masuk ke kerongkongannya, dia jadi menginginkan buah-buahan tersebut. Roh belum sampai kakinya saat Adam bergegas hendak mengambil buah-buahan tersebut.[22] Hadits lain menerangkan bahwa Adam diciptakan pada hari Jum'at.[23]

Adam, malaikat, dan iblis[sunting | sunting sumber]

Adam kemudian diajarkan nama-nama. Dijelaskan dalam Alkitab bahwa Adam diajarkan memberi nama hewan-hewan ternak, binatang hutan, dan burung-burung.[24]

Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa Adam diajarkan nama-nama semuanya.[25] Ibnu Abbas menjelaskan bahwa maksudnya adalah Adam diajarkan nama-nama yang banyak dikenal manusia, seperti binatang, tanah, lembah, lautan, gunung, unta, himar, dan sebagainya. Mujahid menyatakan bahwa yang dimaksud adalah nama binatang melata, burung, dan segala sesuatu. Hal ini senada dengan Sa'id bin Jubair, Qatadah, dan yang lainnya. Ar-Rabi' mengatakan bahwa yang dimaksud adalah nama-nama malaikat, sedangkan 'Abdurrahman bin Zaid menyatakan nama-nama keturunannya. Ibnu Katsir berpendapat bahwa yang dimaksud adalah nama-nama binatang beserta tingkah lakunya, baik yang kecil maupun yang besar.[26]

Miniatur yang menggambarkan para malaikat yang sujud kepada Adam. Terlihat Iblis dari bangsa jin yang tidak mau bersujud

Al-Qur'an mengisahkan bahwa Allah kemudian memerintahkan para malaikat untuk menyebut nama-nama hal yang ditunjuk, tetapi mereka tidak dapat melakukannya. Adam diberi perintah serupa dan dapat menyebutkan nama-namanya.[27] Bagian para malaikat yang tidak mampu menyebutkan nama-nama tersebut tidak terdapat dalam Alkitab.

Setelahnya, Allah memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepada Adam. Para malaikat kemudian bersujud, tetapi iblis menolak karena merasa bahwa dirinya yang tercipta dari api lebih mulia dari manusia yang diciptakan dari tanah.[28] Atas penolakannya, Allah mengutuk iblis dan mengusirnya dari surga.[29][30] Iblis kemudian meminta penangguhan, tidak bisa mati dan tidak diazab sampai hari kiamat.[31] Sebagian pendapat menyatakan bahwa permohonan iblis diterima sebagai balasan atas amal baik dan ketaatan yang dia lakukan sejak sebelum Adam diciptakan, yang membuatnya dapat tinggal di surga.[32] Beberapa menyatakan bahwa iblis, dulunya bernama Azazil, sebelumnya adalah pemimpin para malaikat sehingga dia tinggal di surga. Pendapat lain menyatakan bahwa iblis termasuk bangsa jin yang membuat kerusakan di bumi sehingga para malaikat menahannya.[33] Alkitab tidak mengisahkan perintah sujud kepada Adam dan pengusiran iblis.

Terkait surga tempat tinggal Adam, sebagian ulama berpendapat bahwa itu adalah surga yang ada di langit, sementara sebagian ulama lain menyebutkan bahwa itu adalah taman yang ada di dunia.[34]. Perincian dalam Alkitab menunjukkan bahwa Tanah Eden tempat tinggal Adam berada di dunia.

Penciptaan Hawa[sunting | sunting sumber]

Alkitab menyebutkan bahwa saat Adam tidur, Allah mengambil salah satu tulang rusuknya dan menciptakan seorang manusia berjenis kelamin perempuan.[35] Adam menamai perempuan itu Hawa, sebab dia menjadi ibu bagi semua yang hidup.[36]

Penciptaan Hawa tidak dikisahkan secara jelas dalam Al-Qur'an dan namanya juga tidak disebutkan secara tersurat. Namun ayat Al-Qur'an yang menyatakan bahwa manusia diciptakan "dari diri yang satu dan Allah menciptakan pasangannya darinya"[37][38] ditafsirkan sebagai penciptaan Hawa yang berasal dari bagian Adam. Dalam hadits disebutkan bahwa wanita tercipta dari tulang rusuk.[39] Namun ada juga penafsiran lain bahwa makna 'darinya (مِنْهَا)' dalam ayat tersebut bukan bermakna 'dari Adam', tapi 'dari jenis yang sama dengan Adam'.

Pohon terlarang[sunting | sunting sumber]

Dalam surga atau Taman Eden, disebutkan bahwa Adam dan Hawa dapat memakan buah dari pohon mana saja, tetapi Allah melarang mereka memakan buah dari salah satu pohon. Dalam Al-Qur'an disebutkan peringatan bahwa Adam akan tergolong orang yang zalim bila mendekati pohon tersebut,[40] sementara Alkitab menjelaskan bahwa Tuhan menakut-nakuti Adam kalau dia akan mati bila memakan buah tersebut.[41]

Alkitab mengisahkan bahwa ular kemudian membujuk Hawa untuk memakannya dan menyatakan bahwa jika mereka memakan buah terlarang tersebut, mereka akan mengetahui apa-apa saja yang baik dan buruk sebagaimana Tuhan. Hawa yang terbujuk akan perkataan ular, dan tertarik melihat cantiknya buah tersebut pun memetik beberapanya dan memberikan sebagiannya ke Adam, dan mereka pun memakannya bersama. Setelah memakannya, mereka pun menyadari bahwa diri mereka telanjang bulat dan merasa malu akan hal tersebut sehingga memetik daun-daun dari pohon ara untuk digunakan sebagai pakaian. Tidak lama berselang Tuhan pun datang. Namun Ia tidak menemukan Adam di tempat biasanya dia bermain, maka Tuhan memanggilnya, yang mana kemudian Adam pun datang, dan Tuhan menanyakan ada apa gerangan. Maka Adam pun menceritakan kalau dirinya bersembunyi karena malu dirinya telanjang. Tuhan yang heran pun bertanya ke Adam, "Siapa yang memberi-tahu kalau dirimu telanjang? Apakah kau memakan buah yang kularang kau memakannya?". Adam pun mengatakan bahwa dia diberi buah itu oleh Hawa. Maka Tuhan pun marah dan bertanya ke hawa, "Apa-apaan ini yang telah kau lakukan?". Hawa pun mengaku kalau dirinya telah ditipu oleh Setan.[42]

Pada versi Kristen, ular tersebut kemudian dianggap sebagai setan. Sejumlah ilmuwan berpendapat, perubahan ini terjadi dikarenakan Yahudi awalnya tidak mengenal sosok setan. Dalam konsep agama yahudi awal, segala yang baik dan buruk dianggap sebagai kehendak Tuhan. Namun ini menimbulkan pertanyaan teodisi di pikiran orang-orang Israel pada masa itu, bagaimana bisa Tuhan yang maha pengasih lagi penyayang, menimbulkan penderitaan kepada mereka seperti yang terjadi ketika pembuangan orang-orang Israel ke Babilonia, apalagi kitab-kitab suci yahudi mengklaim kalau bangsa Israel adalah bangsa pilihan. Para pemuka agama Yahudi pun mendapat inspirasi untuk menjawab pertanyaan ini di saat dikontrolnya Israel oleh Persia yang beragama Zoroastrianisme pada sekitar tahun 539 - 332 SM. Di agama Zoroastrianisme, terdapat konsep dualisme, di mana segala yang buruk berasal dari Angra Mainyu, sedangkan segala hal yang baik berasal dari sosok Tuhan, Ahura Mazda. Para pemuka yahudi pun terpikir untuk mencontoh konsep ini dan dengan demikian terbentuklah secara bertahap sosok yang dikenal sekarang sebagai Setan. Sebelum itu, pada kitab-kitab yahudi, kata setan awalnya hanyalah kata yang bermakna "musuh", sebagaimana yang dapat dilihat pada ayat (1 Samuel 29:4) di mana Panglima Bangsa Philistine takut bilamana Daud akan menjadi שָׂטָ֣ן "Setan" (Lawan) mereka. Pada Kitab (Bilangan 22:22Tuhan mengirimkan malaikat untuk menjadi שָׂטָ֣ן "Setan" (Lawan) atas Bileam yang ikut pergi bersama orang-orang Moab yang berniat menyerang bangsa Israel.[9][10][11]

Sedangkan menurut versi Al-Quran, sebagaimana versi Kristen, bukan ular, tapi melainkan juga Setan lah membuat Adam dan Hawa terusir dari Surga. Namun terdapat perbedaan pada prosesnya, di mana yang membuat Adam dan Hawa tersadar akan kemaluan mereka bukanlah karena efek memakan buah yang dilarang oleh Tuhan, melainkan karena diberitahukan oleh Setan, yang kemudian menghasut mereka untuk memakan buah khuldi (bahasa arab dari keabadian) yang dia klaim akan menjadikan mereka seperti malaikat dan abadi.[43][44] Buah keabadian juga ada pada versi penceritaannya Kitab Kejadian-nya Yahudi, namun Adam dan Hawa terlebih dahulu diusir oleh Tuhan sebelum memakan buah tersebut, karena Tuhan takut bilamana Adam dan Hawa akan menjadi kekal pula sebagaimana diri-Nya.[45]

Al-Qur'an dan Alkitab tidak memberikan keterangan tersurat mengenai pohon dan buah terlarang. Beberapa ulama Islam berpendapat bahwa pohon terlarang tersebut adalah anggur, kurma,[46] atau tin.[47][48] Kalangan Eropa Barat biasanya menggambarkan buah terlarang tersebut sebagai apel. Sebagian rabi Yahudi berpendapat bahwa tanaman terlarang tersebut adalah anggur atau gandum.[49]

Menurut Alkitab, sejak awal Adam dan Hawa tinggal di Taman Eden dalam keadaan telanjang, tetapi mereka tidak merasa malu.[50] Setelah memakan buah terlarang, mereka menjadi sadar akan ketelanjangan mereka dan kemudian membuat cawat dari dedaunan.[51] Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa Adam dan Hawa mengenakan pakaian saat di surga, tetapi pakaian mereka terlepas saat memakan buah terlarang tersebut.[52][53]

Kejatuhan manusia[sunting | sunting sumber]

Setelah Adam dan Hawa memakan buah terlarang, Alkitab memusatkan kisah pada hukuman dan konsekuensi dari penyimpangan yang telah dilakukan. Di hadapan Allah, Adam menyalahkan Hawa atas kesalahannya memakan buah terlarang tersebut. Hawa kemudian menyalahkan ular atas kejadian tersebut. Allah kemudian mengutuk ular dan membuatnya berjalan menggunakan perut seumur hidup, menghukum Hawa dengan memberikan kepayahan saat mengandung dan melahirkan dan membuat suaminya berkuasa atasnya, dan menghukum Adam dengan menjadikannya bersusah payah mencari rezeki dari tanah sampai dia sendiri kembali menjadi tanah.[54]

Dalam Al-Qur'an, kisah kejatuhan Adam berpusat pada pertaubatan Adam dan Hawa atas kesalahan yang telah diperbuat.[55][56] Tidak ada perincian mengenai hukuman yang masing-masing diterima sebagaimana yang dijabarkan dalam Alkitab. Mereka berdua kemudian dikeluarkan dari surga.[57] Bagi yang meyakini bahwa surga kediaman Adam ada di langit, sebagiannya meyakini bahwa Adam dan Hawa diturunkan di tempat terpisah[58] dan mereka akhirnya bertemu kembali di Jabal Rahmah, Arafah. Keterangan ini tidak terdapat dalam Al-Qur'an.

Dalam kebudayaan Swahili, Hawa memakan buah terlarang terlebih dulu dan kemudian diusir dari surga. Adam kemudian ikut memakan buah tersebut untuk mengikuti Hawa agar dapat melindunginya di bumi.[59]

Dua putra Adam[sunting | sunting sumber]

Gunung Qasiyun tampak dari Damaskus. Tempat ini diyakini sebagai tempat pembunuhan Habil oleh Qabil/Kain.

Alkitab menyebutkan bahwa Adam dan Hawa kemudian memiliki seorang anak laki-laki bernama Kain (Qabil dalam sumber Islam). Pada kehamilan selanjutnya, Hawa kembali melahirkan anak laki-laki, diberi nama Habel (Habil dalam sumber Islam). Kain menjadi petani dan Habel menjadi penggembala. Setelah beberapa waktu, keduanya mempersembahkan kurban. Kain mempersembahkan sebagian hasil panennya, sedangkan Habel anak sulung kambing dombanya. Korban Habel diterima Allah, tidak dengan milik Kain. Hal ini membuat Kain marah. Kemudian saat mereka berada di padang, Kain membunuh Habel. Allah kemudian mengutuk Kain untuk menjadi pelarian dan mengembara di muka bumi. Namun Kain takut akan ada orang yang membunuhnya, sehingga kemudian Allah memberikan tanda pada Kain agar dia tidak dibunuh.[60] Istri Kain kemudian mengandung dan melahirkan anak laki-laki bernama Henokh.[c] Kain kemudian membangun kota dan menamakannya sesuai nama anaknya.[61]

Al-Qur'an juga mengisahkan bagian ini, tetapi lebih menitikberatkan pada hikmah dan pelajaran dari kisah tersebut daripada rincian kejadiannya. Al-Qur'an tidak menyebutkan nama mereka secara tersurat, berikut pekerjaan dan jenis kurban yang mereka berikan. Titik tekan cerita ada pada nasihat Habil pada Qabil tentang rasa takutnya pada Allah sehingga dia tidak mau melakukan dosa pembunuhan, meski Qabil berusaha membunuhnya. Pada akhirnya Qabil benar-benar membunuh Habil. Kemudian Allah mengutus burung gagak untuk mengajari Qabil cara mengebumikan jasad saudaranya.[62]

Dalam sumber Sunni, di antaranya dalam karya Ibnu Katsir, disebutkan bahwa peristiwa pembunuhan Habil diawali dengan pernikahan Qabil dan Habil. Dikatakan bahwa Hawa selalu melahirkan sepasang anak, satu laki-laki dan satu perempuan, pada tiap kelahiran. Setelah dewasa, Qabil dinikahkan dengan saudari kembar Habil, sedangkan Habil dinikahkan dengan saudari kembar Qabil. Qabil tidak menerima karena dia ingin menikahi sendiri saudari kembarnya. Adam kemudian memerintahkan mereka agar mempersembahkan kurban sebagai penyelesaian. Habil berkurban dengan unta betina yang gemuk, sementara Qabil mempersembahkan padi yang jelek. Api dari langit kemudian menyambar kurban Habil yang menjadi tanda bahwa kurbannya diterima.[63][64][65]

Sumber Syiah menyatakan bahwa perselisihan Qabil dan Habil bukan karena pernikahan, tetapi karena Habil diterima kurbannya dan diangkat sebagai penerus Adam. Terkait pernikahan, dikatakan bahwa Allah mengutus bidadari untuk menjadi istri dari putra-putra Adam. Baik masalah pernikahan maupun penerus ini tidak termaktub dalam Al-Qur'an. Dikatakan bahwa tempat Qabil/Kain membunuh Habil adalah di gua yang sekarang disebut dengan "Gua Darah" (Maghārat ad-Dam) yang berada di Gunung Qasiyun, dekat Damaskus.[66][67]

Kematian[sunting | sunting sumber]

Sebuah hadis Islam menyebutkan bahwa Allah menampakkan kepada Adam keturunan-keturunannya kelak. Saat melihat Dawud, Adam meminta agar umur Dawud ditambah empat puluh tahun dari umurnya sendiri. Namun saat malaikat maut mendatangi Adam, Adam mengelak dengan alasan usianya masih tersisa empat puluh tahun lagi dan dia lupa pernah memberikannya kepada Dawud.[68][69]

Dalam riwayat hadis lain disebutkan bahwa saat menjelang ajal, Adam meminta anak-anaknya mengambilkan buah anggur dari surga. Namun para malaikat memerintahkan anak-anak Adam kembali ketika mereka sedang mencarikan buah tersebut. Saat melihat para malaikat datang, Hawa langsung mendekati Adam untuk menjaganya, tetapi Adam memintanya untuk menyingkir. Malaikat kemudian mencabut nyawa Adam.[68]

Menurut Alkitab, usia Adam adalah 930 tahun.[70] Bila mengacu pada perhitungan usia Adam dan keturunannya dalam Alkitab, Adam masih hidup selama beberapa tahun setelah Lamekh lahir. Lamekh adalah ayah Nuh. Al-Qur'an tidak menyebutkan usia Adam, tetapi para ulama berpendapat bahwa dia meninggal saat berusia seribu tahun. Ibnu Katsir menyatakan bahwa selisih perhitungan ini mungkin dikarenakan perbedaan sistem penanggalan (menggunakan penanggalan bulan atau matahari) ditambah lamanya Adam saat tinggal di surga.[71]

Wujud Adam[sunting | sunting sumber]

Dalam doktrin Islam, terdapat sebuah hadis yang menyebutkan bahwa "Allah menciptakan Adam menurut bentuknya."[72] Ibnu Hajar al-'Asqalani menyatakan bahwa maksudnya adalah tidak ada seorangpun yang menyamai Adam dalam bentuknya.[73] Dalam hadits yang sama juga dijelaskan bahwa Adam memiliki tinggi 60 hasta. Setelah Adam, perawakan manusia semakin mengecil hingga sekarang.[72][74]

Dalam hadits lain disebutkan bahwa Yusuf dikaruniai separuh ketampanan.[75] Sebagian ulama menafsirkan bahwa maksudnya adalah Yusuf dikaruniai separuh dari ketampanan Adam, karena Allah menciptakan Adam secara langsung sehingga Adam merupakan sosok manusia yang paling tampan. Hal ini juga berlaku bagi Hawa yang diyakini merupakan wanita paling cantik.[76]

Dalam literatur Rabinik, disebutkan bahwa kulit Adam adalah pakaian yang terang, bersinar seperti kukunya. Saat Adam berdosa, cahayanya lenyap dan dia menjadi tampak telanjang. (Targum Yer. Gen. iii. 7; Bereshith Rabba xi.).[77]

Surga tempat Adam[sunting | sunting sumber]

The Garden of Eden karya Thomas Cole (sekitar 1828)

Terdapat perbedaan pendapat mengenai surga atau Taman Eden yang ditempati Adam sebelum memakan buah terlarang. Satu pendapat bahwa itu adalah surga abadi yang sama dijanjikan untuk umat beriman di akhirat, sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa surga tersebut adalah sebuah taman yang ada di dunia.

Dalam Al-Qur'an, ada beberapa istilah yang digunakan untuk merujuk pada surga. Surga dalam kisah Adam dan Hawa merupakan terjemahan dari kata jannah (bahasa Arabجنّة) yang secara harfiah bermakna "kebun" atau "taman".

Kebanyakan ulama menyatakan bahwa surga yang ditinggali Adam dan Hawa adalah surga abadi.[78] Di sisi lain, ada ulama yang berpendapat bahwa surga yang ditempati Adam bukanlah surga abadi di akhirat, tetapi sebuah taman di dunia. Penjelasannya:[34]

  • Setan dapat membujuk Adam dan Hawa yang ada di dalam surga untuk memakan buah terlarang
  • Riwayat[68] yang menyatakan bahwa saat menjelang ajal, Adam memerintahkan anak-anaknya mengambil buah anggur dari surga. Tentu perintah itu mustahil dilaksanakan jika surga yang dimaksud adalah surga abadi
  • Adam diciptakan dari tanah, tapi tidak disebutkan dia diangkat ke langit
  • Adam sejak awal diciptakan untuk tinggal di bumi, sebagaimana yang Allah sampaikan pada para malaikat bahwa Dia akan menciptakan khalifah di bumi

Untuk perihal ayat yang menyatakan bahwa Adam diturunkan dari surga,[79] belum tentu makna "turun" tersebut adalah turun dari langit ke dunia, karena kata tersebut juga digunakan untuk menjelaskan Nuh yang "turun" dari bahtera.[80]

Dalam Talmud dan Yahudi Kabbalah,[81] terdapat dua jenis tempat spiritual yang bernama Taman Eden, yakni Taman Eden bawah, yang memiliki kesuburan melimpah dan Taman Eden atas, tempat tinggal orang-orang yang benar dan jiwa-jiwa abadi. Adam dikatakan tinggal di Taman Eden bawah, sedangkan Taman Eden atas tidak terlihat oleh mata.[81]

Berdasar rincian mengenai Taman Eden dalam Kejadian 2: 10-14, terdapat beberapa tempat yang dianggap sebagai lokasinya,[82] yakni tempat sumber mata air sungai-sungai, kepala Teluk Persia, di Mesopotamia selatan tempat sungai Tigris dan Eufrat menuju ke laut,[83] dan Dataran Tinggi Armenia.[84][85][86][87] Arkeolog Britania David Rohl berpendapat di Iran dan di sekitar Tabriz.[88]

Lilith[sunting | sunting sumber]

Dalam literatur Rabinik disebutkan bahwa istri pertama Adam bukanlah Hawa, tetapi Lilith. Adam dan Lilith diciptakan bersama-sama dari tanah. Namun terjadi perselisihan di antara keduanya karena Lilith tidak mau patuh pada Adam, sehingga Lilith pergi meninggalkan Adam. Setelahnya, Allah menciptakan pasangan baru untuk Adam dari tulang rusuk Adam sendiri. Legenda ini berkembang secara luas selama Abad Pertengahan, dalam tradisi AggadahZohar, dan mistisisme Yahudi.[89][90]

Keterangan mengenai Lilith tidak terdapat dalam Al-Qur'an dan Alkitab secara tersurat, tetapi sebagian menyandarkan keberadaannya menggunakan Kejadian 1: 27 yang mengesankan bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan bersamaan dan perempuan yang disebut dalam ayat ini dianggap adalah Lilith. Ini berbeda dengan Kejadian 2: 22 yang menyebutkan bahwa seorang perempuan diciptakan dari tulang rusuk, yang secara umum telah diketahui bahwa perempuan ini adalah Hawa.

Makhluk cerdas sebelum Adam[sunting | sunting sumber]

Ada beberapa gagasan dan pendapat, disebut pra-Adamit, yang menyatakan bahwa terdapat manusia (atau makhluk cerdas lain) yang hidup sebelum Adam. Pada masa Islam awal, sudah menjadi kepercayaan umum bahwa manusia adalah penerus makhluk cerdas di bumi seperti jin dan hinn.[d] Meski jin diterima secara umum sebagai makhluk cerdas sebelum manusia, gagasan mengenai manusia lain yang sudah ada sebelum Adam masih menjadi perdebatan. Pada pertengahan abad kesembilan, sebuah gagasan muncul yang menyatakan bahwa Allah menciptakan banyak Adam dan masing-masingnya memimpin era yang berlangsung selama 50.000 tahun. Gagasan ini dianggap bid'ah oleh kebanyakan Muslim, tetapi diterima secara luas oleh aliran Ismailiyah dan Sufi.[94] Menurut aliran Ahmadiyah, Adam bukanlah manusia pertama di dunia, tetapi ketika umat manusia muncul, menyebar ke seluruh dunia, dan mengembangkan kemampuan untuk menerima wahyu, Allah mengirim Adam ke setiap peradaban.[95]

Pada dan setelah Abad Pencerahan, keberadaan manusia pra-Adam mulai diterima secara luas di Eropa dan menantang narasi penciptaan menurut Alkitab. Setelahnya, gagasan pra-Adamit diterima dan bersanding dengan keyakinan penciptaan Alkitab dengan aura supremasi kulit putih. Dikatakan bahwa manusia kulit putih adalah keturunan Adam, sedangkan ras lain merupakan keturunan manusia pra-Adam.[96] Keturunan manusia pra-Adam dipandang tidak memiliki jiwa, amoral, jelek, dan seperti monster. Hal ini menjadikan pernikahan antara ras kulit putih dan kulit hitam dipandang sebagai hujatan kepada Tuhan.[97]

Dosa asal[sunting | sunting sumber]

Dalam doktrin Kristen, peristiwa Adam dan Hawa yang memakan buah terlarang memicu yang kemudian disebut dosa asal. Katekismus Gereja Katolik (KGK) 377 menuliskan yang intinya bahwa awalnya manusia diciptakan sempurna, seluruh kodratnya utuh dan teratur, bebas dari kecenderungan jahat yang membuatnya terikat pada kenikmatan inderawi.[98] Namun Adam dan Hawa yang memakan buah terlarang membuat kodrat manusia yang sempurna tersebut rusak, karunia keadilan dan kesucian dari Allah yang terdapat dalam diri manusia menjadi berkurang dan kekurangan ini menurun pada keturunan mereka. Kekurangan tersebut yang dinamakan "dosa asal" (KGK 416-417).[99] Dosa asal tersebut mengakibatkan kodrat manusia rusak dan melemah dari yang seharusnya, tetapi kodratnya tidak sepenuhnya rusak (KGK 405).[99]

Dosa asal yang dilakukan manusia pertama mengakibatkan manusia kehilangan:[100]

  • Rahmat kekudusan
  • Empat berkat yang terdiri dari:
  1. keabadian, yakni manusia diyakini diciptakan bersifat abadi dan dosa asal membuat manusia dapat mengalami kematian.
  2. tidak adanya penderitaan
  3. pengetahuan akan Tuhan
  4. keutuhan, yaitu harmoni antara nafsu kedagingan dan akal budi. Hilangnya berkat keutuhan menyebabkan manusia kesulitan menundukkan keinginan dagingnya pada akal budinya, sehingga manusia memiliki kecenderungan untuk berbuat dosa atau konkupisensi (KGK 405-418).[99]

Doktrin dosa asal ini tidak ditemukan dalam ajaran Yahudi arus utama. Meskipun sebagian Yahudi Ortodoks menyalahkan Adam dan Hawa atas kerusakan di dunia dan beberapa guru Yahudi di Babel[101] percaya bahwa kematian merupakan hukuman pada manusia lantaran dosa Adam, hal itu bukan pandangan mayoritas Yahudi sekarang. Yahudi modern mengajarkan bahwa manusia lahir dalam keadaan bebas dan suci, dan berbuat dosa atas pilihan mereka sendiri.[102]

Dalam Islam juga tidak ditemukan adanya kepercayaan ini.[103][104] Di Al-Qur'an disebutkan bahwa meski bersalah, Adam dan Hawa bertaubat dan telah menerima pengampunan.[105][106][107]

Keturunan[sunting | sunting sumber]

Putra[sunting | sunting sumber]

  • Qabil/Kain
  • Habil
  • Syits/Set. Kejadian menyebutkan bahwa Syits dilahirkan saat Adam berusia 130 tahun.

Putri[sunting | sunting sumber]

Al-Qur'an atau Alkitab tidak mencantumkan mengenai nama anak-anak perempuan Adam, tetapi mereka disebutkan di tulisan keagamaan lain, seperti Legenda Emas.

  • Luluwa, Iqlima, atau Aqlima. Saudari kembar Qabil dan istri Habil.[108]
  • Awan atau Aven. Saudari kembar Habil dan istri Qabil.[109]
  • Azura. Istri Syits.[110][111]

Keturunan lain[sunting | sunting sumber]

Alkitab menjelaskan mengenai sebagian keturunan Adam dan Hawa. Putra pertama Adam, Kain, memiliki putra bernama Henokh. Henokh memiliki putra bernama Irad. Irad memiliki putra bernama Mehuyael. Mehuyael memiliki putra bernama Metusael. Metusael memiliki putra bernama Lamekh. Lamekh memiliki dua istri: Ada dan Zila.[112]

Setelah kematian Habel, Hawa melahirkan seorang putra bernama Set (Syits dalam sumber Islam) pada saat Adam berusia 130 tahun. Setelahnya Adam memiliki putra dan putri lain yang tidak disebutkan namanya. Garis keturunan Adam sampai Nuh menurut Kejadian adalah:[113]

  • Set memiliki putra bernama Enos saat berumur 150 tahun
  • Enos memiliki putra bernama Kenan ketika berumur 90 tahun
  • Kenan memiliki putra bernama Mahalaleel saat berusia 70 tahun
  • Mahalaleel memiliki putra bernama Yared ketika berusia 65 tahun
  • Yared memiliki putra bernama Henokh saat berusia 162 tahun
  • Henokh memiliki putra bernama Metusalah ketika berumur 65 tahun. Henokh kerap dipandang sebagai Nabi Idris dalam sumber Islam.
  • Metusalah memiliki putra bernama Lamekh saat berusia 187 tahun
  • Lamekh memiliki putra bernama Nuh saat berusia 182 tahun

Al-Qur'an tidak memberikan rincian mengenai keturunan Adam, tapi disebutkan dalam sebuah hadits bahwa Adam dan Nuh terpisah jarak sepuluh qarn.[114] Sebagian menafsirkan bahwa makna qarn ini adalah generasi yang berarti bahwa Adam dan Nuh terpisah 10 generasi. Pendapat lain menyatakan bahwa qarn adalah abad, yang berarti bahwa Adam dan Nuh terpisah jarak 10 abad.

Makam[sunting | sunting sumber]

Gua Makhpela atau Masjid Ibrahimi, Hebron

Ada beberapa tempat yang diyakini sebagai makam Adam dan sebagian tempat-tempat ini juga merupakan makam dari tokoh penting lain atau tempat terjadinya peristiwa penting dalam agama Abrahamik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ronaldinho

cristiano ronaldo

nabi sulaiman